Selasa, 18 Juni 2013

PRINSIP PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU


- Mark Twain
Perilaku sesuai hakikat pemiliknya. Seperti air yang selalu mengalir kebawah dan api selalu membakar, perilaku setiap orang memiliki cirinya masing-masing. Namun, apapun warnanya air tetaplah air. Mau biru, soda tetap saja air. Biarpun kuning, teh juga air. Atau hitam, kopi juga esensinya air. Perilaku memiliki titik pangkal yang tetap. Sehingga perubahan perilaku yang terjadi sebenarnya merupakan perkembangan dari pangkal tersebut.
Secara fundamental, Change (perubahan) berarti transisi yang terjadi saat sesuatu begerak dari being same menjadi being different(wikipedia.org)
Kurt Lewin terkenal dengan teori medan yang menjelaskan pembentukan perilaku berasal dari interaksi antara Person (P) dengan lingkungan alias Environment (E). Keduanya dirumuskan dalam:
B= f (P,E)
Ternyata dalam penelitian ditemukan bahwa Environment mempengaruhi 70% pembentukan perilaku dibandingkan P itu sendiri. Maksudnya, manusia lebih banyak dipengaruhi orang di luar dirinya daripada memiliki motif dan tindakan sendiri untuk berubah. Misalnya orang yang berada di lingkungan kerja yang malas akan cenderung menjadi malas pula. Mahasiswa yang sering dibiarkan terlambat a kan menjadi manusia yang tidak tepat waktu.
Ini sesuai dengan teori Albert Bandura yang menyatakan bahwa orang dapat mempelajari perilaku dari pengamatan terhadap orang lain.
Lingkungan mengubah orang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi individu, baik orang, kondisi geografis ataupun cuaca. Orang yang tinggal di tepi pantai berbeda perilakunya dengan yang tinggal di pedalaman. Mereka cenderung memiliki sikap lebih agresif dan tone suara lebih tinggi.
Perubahan perilaku dalam masyarakat mungkin akan berjalan lambar karena harus melewati modifikasi yang bertahap dalam hal pola pikir dan kepercayaan, karena itu revolusi dalam perilaku sangat sulit dilakukan. Orang tidak bisa berubah dalam semalam. Coba kirim seorang karyawan dalam pelatihan motivasi. Ketika ia kembali ia tidak langsung menjadi orang yang termotivasi kan? Ketika lingkungannya tidak mendukung isi pelatihan tersebut, maka bibit motivasi akan segera pupus dari semangatnya.
Karena itulah untuk mengubah perilaku seseorang dibutuhkan dukungan lingkungan yang kuat. Lingkungan sangat kuat daya magnetnya. Ini dibuktikan dalam sebuah penelitian dimana kepada subjek diperlihatkan 2 garis sebagai berikut:
Para subjek diminta untuk memilih garis mana yang dianggap lebih panjang. penelitian ini menggunakan 2 kelompok subjek. Pada kelompok pertama ditempatkan beberapa asisten peneliti yang pertama berinisiatif memberikan ide. Di kelompok 2 tidak ada asisten peneliti. Ternyata diketahui bahwa pada kedua kelompok, subjek cenderung memilih jawaban yang dipilih oleh kebanyakan orang.
Artinya orang cenderung berani melakukan sesuatu jika ia merasa bahwa ia tidak sendiri. Dalam konsep psikologi ini disebut konformitas, kecenderungan untuk menyamakan diri dengan orang lain.
Dengan kata lain, perubahan yang diusung oleh banyak orang akan memiliki kans keberhasilan lebih besar daripada perubahan yang diusulkan satu orang.
Kita ambil contoh Walikota Padang yang mencanangkan pendidikan kembali kepada agama. Setiap murid sekolah diwajibkan mengenakan pakaian muslim. Namun, sekembalinya ia kerumah, di jalanan, di pasar, di taman bermain, ia melihat orang dewasa mengenakan pakaian minim yang tidak jelas. Akhirnya, si anak memutuskan untuk mengenakan hijabnya hanya di sekolah. Selangkah keluar dari gerbang institusi pendidikannya, ia menarik kerudungnya dan membiarkan auratnya dipertontonkan.
Ketakutan akan perubahan
Cobalah anda menulis dengan tangan yang biasa digunakan. Kemudian ganti dengan tangan yang tidak biasa digunakan untuk menulis. Apa yang anda rasakan? Rasa ketidaknyamanan! Perubahan seringkali menghasilkan rasa tidak nyaman. Dan orang tidak suka itu.
Efek perubahan
Perubahan membawa dampak pada individu, diantaranya:
1.     Ketidaknyamanan awalnya. Tentu saja perubahan itu tidak enak.
2.    Sudut pandang baru. Dengan adanya perubahan, individu dipaksa untuk membuka cakrawala dan melihat dari sudut pandang baru. Ia melepaskan diri dari tempurungnya. Sekarang kan bukan jamannya katak dalam tempurung lagi, ini waktunya ”katak diatas tempurung”!
3.    Respon baru dari lingkungan. Perubahan apapun akan menghasilkan respon dari lingkungan. Baik itu positif maupun negatif, keduanya memberikan asupan pengetahuan baru bagi individu yang berubah. Artinya perubahan akan membawa perubahan lain.
4.    Menjadi pribadi yang lebih baik. Apapun yang anda rubah, anda sudah melakukan suatu keberhasilan. Melangkah dari zona nyaman ke titik kritis bukanlah keberanian yang didapat setiap hari. Sehingga anda pantas menghargai diri anda sebagai pribadi pemberani, pribadi yang lebih baik.

"Your mind will be like its habitual thoughts; for the soul becomes dyed with the color of its thoughts. Soak it then in such trains of thoughts as, for example: Where life is possible at all, a right life is possible."
~ Marcus Aurelius, 2nd century Roman emperor-(stoic) philosopher
Jika kita kembalikan pada proses perubahan perilaku yang sulit dilakukan, maka ada hal yang perlu diwaspadai bagi seseorang yang ingin berubah:
1.     Butuh kemauan dan tekad pantang menyerah
2.    Sarana tidak memadai
Saat seseorang ingin belajar memasak, tapi tidak ada kompor atau panci maka keinginannya memasak akan hancur.
3.    lingkungan tidak mendukung
Pernahkah anda merasa ingin berubah dan melakukan perubahan itu? Namun saat anda bertindak berbeda dengan kebiasaan anda, respon yang anda dapatkan adalah ” Tumben!!” Terang saja semangat anda langsung padam. Sudah susah-susah melakukan suatu hal yang berbeda, tapi tidak ada penghargaan yang didapatkan. Jika anda tetap pada kebiasaan lama, mereka mengkritik. Tapi ketika anda berusaha berubah, mereka mengejek

A.   Pengertian Perubahan
adalah merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.

B.    Teori perubahan sikap
Teori menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain karena:
a.    Penyesuaian yaitu seseorang mengubah sikapnya sesuai orang yang mempengaruhinya apabila menguntungkan dirinya, tetapi akan menolak apabila tidak menyenangkan atau menguntungkan dirinya.
b.    Identifikasi yaitu seseorang akan menganut sikap oaring lain yang dikagumi atau disegani atau disenangi.
c.    Internalisasi yaitu seseorang menerima sikap yang baru oleh karena sikap yang baru tersebut masih selaras dengan sikap dan nilai-nilai yang dimiliki sebelumnya.
Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
a)   Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan
alam (lingkungan) secara alamiah
b)    Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang
direncanakan oleh yang bersangkutan
c)   Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya
proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini
berbeda pada setiap individu.
3. Pendekatan Untuk Mengubah Perilaku
a. Informasi
b. Pemasaran
c. Insentif
d. Restriksi (memberikan pembatasan untuk mencegah perilaku tertentu)
e. Indoktrinasi (Memberikan paksaan untuk perilaku tertentu)
f. Peraturan
4. Strategi Perubahan Perilaku
a)   Inforcement (Paksaan):
- Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau  menggunakan peraturan  atau perundangan.
- Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
b)    Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui pesan seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1. Melalui diskusi seperti diskusi tentang abortus yang membahayakan jika digunakan untuk alasan yang tidak baik5
c)   Fasilitasi
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan penyediaan sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan) Untuk melakukan strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Ketika ada rangsangan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan akan menimbulkan aksi dan kemudian hal itu menjadikan perbahan perilaku.
d)   Education :
Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.
5. Tahapan Perubahan Perilaku “Model Transteoretikal” (Simon-Morton, Greene & Gottlieb, 1995)
Terdapat 6 tahapan perubahan :
a. Prekontemplasi
Pada tahap ini klien belum menyadari adanya permasalahan ataupun kebutuhan untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu memerlukan  informasi dan umpan balik untuk menimbulkan kesadaran akan adanya masalah dan kemungkinan untuk berubah. Nasehat mengenai sesuatu hal/informasi tidak akan berhasil bila dilakukan pada tahap ini.
b. Kontemplasi
Sudah timbul kesadaran akan adanya masalah. Namun masih dalam tahap keraguraguan. Menimbang-nimbang antara alasan untuk berubah ataupun tidak. Konselor  mendiskusikan keuntungan dan kerugian apabila menerapkan informasi yang diberikan.
c. Preparasi  (Jendela kesempatan untuk melangkah maju atau kembali ke tahap kontemplasi).
d. Aksi (Tindakan)
Klien mulai melakukan perubahan. Goalnya adalah dihasilkannya perubahan perilaku sesuai masalah.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan perubahan perilaku yang telah dicapai perlu dilakukan untuk terjadinya pencegahan kekambuhan.
f. Relaps
Saat terjadi kekambuhan, proses perubahan perlu diawali kembali. Tahapan ini bertujuan untuk kembalinya upaya aksi.

C.    Prinsip Perubahan Perilaku Karena Terpaksa
          Adalah upaya promosi kesehatan dalam rangka perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran / masyarakat sehingga mau melakukan atau berperilaku seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan – peraturan atau undang – undang yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
Sifat – sifat perubahannya meliputi :
1.     Cepat
2.    Tidak langgeng
3.    Tidak didasari pemahaman dan kesadaran
Perubahan perilaku
Perubahan perilaku  umumnya  terjadi melalui tiga cara yaitu karena  terpaksa  (compliance)  mengharapkan  memperoleh  imbalan baik  materi  maupun  non  materi,  memperoleh  pengakuan  dari kelompok,  terhindar  dari  hukuman,  dan  tetap  terpelihara  hubungan
baik dengan orang lain

Karena terpaksa (compliance).
d.    Dengan Paksaaan
Cara ini dapat dilakukan dengan:

1) Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman hukuman jika tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya: instruksi atau peraturan tidak membuang sampah di sembarang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jika tidak mentaati peraturan lalu lintas.

2) Menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita jika tidak mengerjakan apa yang dianiurkan. Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati jika tidak berobat pada waktu demam tinggi.
b. Dengan memberi imbalan

lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi bisa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
c. Dengan membina hubungan baik

Jika kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat, biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita.
d. Dengan menunjukkan contoh-contoh

Salah satu sifat manusia adalah ingin meniru. Oleh karena itu, Puskesmas harus mempunyai lingkungan yang bersih, para petugas tampak bersih, rapi, dan ramah. Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat, misalnya tidak merokok, tidak meludah di sembarang tempat, tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Di beberapa tempat disediakan tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini biasanya orang akan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat.
e. Dengan memberikan kemudahan

Misalnya pemerintah ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk memanfaatkan Puskesmas.
f.Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Misal individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang tidak sehat , dan apa untungnya berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat. Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya. 

REFERENCE
PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. PT. Abadi, Jakarta.
Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta
Yayi Suryo Prabandari .2009 Strategi perubahan Perilaku .
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Ilmu%20Sosial/Strategi%20Perubahan%2
0Perilaku.pdf, online, diakses tanggal 3 september 2011).
Zumroh Hasana.2010.  Makalah Perubahan Perilaku Sebagai Dampak Adanya Promosi
Kesehatan. UNAIR Surabaya ( http://zumrohhasanah.wordpress.com/,  Online, diakses
tanggal 3 September 2011)


Selasa, 11 Juni 2013


KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayananan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dikeluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pem dibberian pelayanan kebidanan ibu dan anak dikommunitas diperlukan bidan komunitas, yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak disuatu wilayah tertentu.
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata “ bidan “ yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktek kebidanan.
Sedangkan kebidanan itu sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang di lahirkan (J.H. Syahlan, 1996).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Sarana kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga atau masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atu kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan rumah sakit.  Unsur – unsur yang tercakup didalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi.
Menurut ICM ( International Confederation Of Midwife ) bidan berarti seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui dinegaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut serta memnuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktek kebidanan.
Menurut IBI : seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi diwilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister dan secara sah mendapatkan lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
Komunitas berasala dari kata latin “ Communitas” yang berarti kesamaan dan juga “ Communis “ yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada disuatu lokasi/ daerah/area tertentu ( Meilani, niken dkk, 2009.1) Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem sosial.
          Dari beberapa uraian tersebut dapat dirumuskan definisi kebidanan komunitas sebagai segala aktivitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita didaLam keluarga dan masyarakat.  Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, penigkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan ( Spradly, 1985 ; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)
                                                                                                                                                   
Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun 1953 kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat jogyakarta dan berkembang didaerah lain. Seiring dengan pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intra natal dirumah, kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun 1967 Kursus tambahan bidan (KTB) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan Puskesmas.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di Puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan keluarga dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan, KB, Imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Tahun 1990 merata pada semua masyarakat.
Instruksi presiden secara lisan pada sidang kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakan titik tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan antara lain Safe Motherhood, Keluarga berencana, Penyakit Menular Seksual (PMS), kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi orang tua.
Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di institusi pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982) menggambarkan bahwa, jika persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan oleh bidan maka akan terjadi peningkatan kunjungan antenatal ,penurunan frekuensi Persalinan dengan induksi, penurunan frekuensi Persalinan prematur, BBLR, IUGR, persalinan forsep, frekuensi SC dan pemeriksaan rutin Antenatal dan Intranatal di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masa kehamilan, persalinan dan nifas dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari childbirth tersebut.

Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia


Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitasBidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di
wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan komunitas”  tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.
Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A  mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)
Sebenarnya sejarah pelayanan kebidanan komunitas di Indonesia diawali dari masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1849seiring dengan dibukanya pendidikan jawa di Batavia (di rmah sakit militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter Belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran bidanhanya sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis)
Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit. Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat ini menjadi poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam peran tersebut, bidan sudah memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan (KTB), Yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan masyarakat, yang berbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi : pelayanan antenatal (pemberian pendidikan kesehatan, nasehat perkawinan,perencanaan keluarga dll), intranatal, postnatal (kunjungan rumah, tremasuk pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita dan remaja), penyuluha gizi, pemberdayaan masyarakat, serta pemberian makanan tambahan. Pengakuan ini secara formal dalam bentuk adanya bidan coordinator yang secara struktural tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi) sampai dengan II (Kabupaten)
Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi bagian dari pelayanan Puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di puskesmas tetap memberikan pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakan masyarakat, karena hanya sebagai pelaksana.

Pada tahun 1990-1996 konsep 
bidan di desa dilaksanakan untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu. Pemerintah (BKKBN) menjalankan program pendidikan bidan secara missal (SPK + 1 tahun) (SPK : Sekolah Perawat Kesehatan, lulusan SMP + 3 tahun). Bidan di desa (BDD) merupakan staf Polindes. Ruang lingkup tugas BDD mencakup peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja dan narasumber berbagai hal. Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak memberikan bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal.

Gerakan Sayang Ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan menerapkan inisiatif safe motherhood malah diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI. Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melakukan advokasi pada pemerintah yang melahirkan program pendidikan Diploma III Kebidanan (setingkat akademi). Program baru ini memasukkan lebih banyak mateeri yang dapat membekalli bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis. 
Sejarah pelayanan kebidanan komunitas di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda yang ada di Indonesia.
  • ·         Tahun 1849 dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (sekarang RSPAD Gatot Subroto).
  • ·         Pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dr. W. Rosch.
  • ·         Tahun 1952 mulai ada pelatihan bidan secara formal.
  • ·         Tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan kemudian didirikan BKIA dimana bidan sebagai penanggung jawabnya. 
  • ·         Tahun 1957 pelayanan KIA terintegrasi pada pelayanan Puskesmas.
  • ·         Pelayanan diluar gedung : Posyandu dan UKS.
  • ·         Tahun 1990-1996 ditempatkan bidan di desa, Polindes sebagai tempat bersalin di desa. 
  • ·         Penempatan bidan desa realisasi dari konferensi di Nairobi Kenya tahun 1987 dengan gerakan Safe Motherhood.
  • ·         Tahun 2000 negara-negara didunia bertemu untuk memperbaharui penurunan AKI sebesar 75% antara tahun 1990-2015 
  • ·         Melalui rencana strategis nasional (Making Pregnancy Safer) tahun 2001-2010 AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan AKB kurang dari 35/1.000 kelahiran hidup

Riwayat Kebidanan Komunitas di Negara-negara lainnya
A.       SELANDIA BARU

Selandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan sejak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem perumahsakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena adanya otonomi bagi pekerja yang bergerak dalam porakteknya dengan lingkup praktek yang penuh di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi ‘asisten’ dokter.
Bidan bekerja di masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan  ruang nifaskehamilan dan persalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses ini, bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan adalah suatu peristiwa yang normal dan dengan peran mereka sendiripun sebagai pendamping pada peristiwa normal tersebut. Di samping itu bidan menjadi berpengalaman memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan pengaruh medis, dimana seharusnya para dokter dan rumah sakit secara langsung yang lebih tepat untuk memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada maternal dan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung pada tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model tersebut adalah negara-negara barat seperti Selandia Baru, Australia, Inggris dan Amerika. Tetapi strategi seperti itu tidak mencapai kesuksesan.
Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’ yaitu seseorang yang berpengalaman dari mulainya kehamilan sampai dengan enam minggu setelah persalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja dipercaya kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal .
Wanita-wanita Selandia Baru menginginkan untuk mengambil alih kembali kontrol dalam persalinan mereka dan menempatkan diri emreka di tempat yang tepat sebagai pusat kontrol di dalam memilih apa yang berkenaan dengan diri mereka.
Pada era 80-an, 
bidan bekerjasama dengan para wanita untuk menegaskan kembali otonomi bidan dan bersama-sama sebagai partner mereka telah membawa kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang prfoesionalisme praktek bidan.
Sebagian besar bidan di Selandia Baru mulai memilih untuk bekerja secara mandiri dengan tanggungjawab penuh kepada klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas telah berubah secara dramatis. Saat ini, 86% wanita mendapatkan pelayanan dari bidan selama kehamilan sampai nifas, dan asuhan berkelanjutan pada persalinan dapat dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter, 63% wanita memilih bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas, dalam hal ini terus meningkat.

Ada suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat pelayanan maternitas. Di rumah sakit pun memberikan pelayanan bagi yang menginginkan tenaga kesehatan profesional yaitu pusat pelayanan maternitas.
Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya, dan wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan diri dan keluarganya, serta harapan-harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Pada awal kehamilan, anatara bidan dan wanita harus saling mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model partnership adalah komunikasi dan negosiasi. Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan partnership dengan wanita yang menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional.

B.     BELANDA

Perkembangan Ke
bidanan di Belanda.

Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan kematian prenatal relatif rendah. Satu dari tiga 
persalinan lahir di rumah dan ditolong olehbidan dan perawat sedang yang lain di rumah sakit, tetapi juga ditolong oleh bidan. Dalam kenyataannya ketiga kelahiran tersebut.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984 menyatakan bahwa setiap 
kehamilan adalah normal dan harus selalu di pantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting, kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa kbiedanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan adalah profesi yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi padaprakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang mandiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan atau dianjurkan oleh keluarga atau teman atau siapa saja.

Pendidikan Ke
bidanan di Belanda

Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi padaprakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada 
bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilanpersalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari. Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalinpatologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai ujian.

Pelayanan Antenatal Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita denganresiko tinggi atau kasuspatologi ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan ke
bidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda. Daftar itu berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan, riwayat kebidanan yang akan berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan morbilitas yang menjamin kesimpulan :dengan suystem pelayanan kebidanan yang diterapkan di Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan dasar yang penting mengapa persalinan di rumah disediakandan menjadi alternatif karena wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudaian di rujuk ke ahli Kebidanan.

Selama 
kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di Klinik bidan. Sasaran utama praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada masalah, wanita diberi pilihan untuk melahirkan dirumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan antenatal yang hati8-hati sehingga kelahiran di rumah sama amannya dengan kelahiran di rumah sakit.
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif 
persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran (Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland diakui bahwa rumah adlaah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.



Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, 
persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting. Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3 tahun.

C.        KANADA
Meskipun 
bidan telah mempraktikkan di Kanada sejak orang pertama tinggal di sini, dan kemudian bidan imigran membawa bersama mereka ke negara baru, hanya baru-baru ini bahwa legislasi kebidanan telah mulai diperkenalkan. Untuk waktu yang lama Kanada adalah salah satu dari sembilan negara yang tidak mengenali kebidanan, dan masih ada beberapa yurisdiksi di Kanada di mana bidan tidak diatur. Di Kanada, seperti di sebagian besar negara, istilah "bidan" digunakan tanpa awalan.. Hal ini sesuai dengan WHO / Figo / ICM International Definisi dari Bidan. (The USA menyimpang dan diawali kata-kata seperti "perawat").
Bidan Asosiasi
·         1987, Konfederasi Kanada Bidan (CCM) yang dibentuk untuk memfasilitasi komunikasi antara berbagai provinsi asosiasi bidan. Sebuah konfederasi dari asosiasi bidan, bukan individu.
·         1988, Saskatchewan Ikatan Bidan terbentuk. Asosiasi yang Saskatchewan Aman Alternatif dalam Melahirkan dibubarkan dan konsumen membentuk Friends of the Bidan kelompok
·         1991,Maret - the CCM mengadopsi definisi MKI kebidanan, dan "perawat-bidan" tidak dapat diterima.
·         2001, The CCM menjadi Asosiasi Kanada Bidan (CAM). Kemajuan kebidanan perundang-undangan di negara ini mengakibatkan lebih banyak pekerjaan, dan kebutuhan untuk Asosiasi nasional.
·         2001, The Kebidanan Mutual Recognition Agreement di Mobilitas Buruh di Kanada yang sudah diisi ditandatangani dan diterima berdasarkan Perjanjian Perdagangan Internal.
Beberapa Old Kanada Sejarah
·         1691 --Pemerintah dalam apa yang sekarang quebec, didirikan tiga cabang otonom kedokteran: dokter, dokter bedah, bidan.
·         1755-- Pemerintah Inggris membayar upah bidan dari Inggris yang menetap di Nova Scotia.
·         1843--Bidan yang bekerja di Universitas Lying-in-Rumah Sakit di Montreal. Bidan yang diberikan izin oleh pemerintah daerah di Montreal, Quebec City, dan gereja-gereja lokal di daerah pedesaan.
·         1912 --Dewan Kedokteran Kanada terbentuk dan praktek kebidanan dihilangkan di sebagian besar lokasi.
·         1939--Selama tahun-tahun perang Perawat Kesehatan Masyarakat diberikan perawatan kebidanan di pedesaan Alberta di bawah undang-undang yang terkandung dalam Profesi Kedokteran Undang-Undang.
·         1944 --Kebidanan sertifikat dicabut di Quebec.
·         1946 --Canadian Nurses Association (CNA) yang disetujui praktek perawat terdaftar sebagai bidan di daerah-daerah terpencil di mana tidak ada dokter.
Terdaftar Asosiasi Perawat tentang 
Bidan
Juni 1974 - Kanada Komite Nasional Perawat-Bidan yang diorganisir di Canadian Nurses Association (CNA) konvensi di Winnipeg, tapi segera dibubarkan sebagai bidan yang terlibat dengan Asosiasi Bidan lain. The CNA mengeluarkan pernyataan pada perawat-bidan merekomendasikan pengakuan perawat-bidan.

Reference